Reece James itu bukan cuma bek kanan. Dia adalah paket komplet — defender solid, attacker berbahaya, dan pemimpin alamiah di dalam lapangan. Lahir dari akademi Cobham, naik pelan-pelan, terus meledak jadi starter, lalu dipercaya pake ban kapten. Lo gak bisa nulis cerita Chelsea era modern tanpa masukin nama dia.
Tapi kayak banyak talenta besar lain, jalan Reece juga gak mulus-mulus amat. Cedera jadi musuh utama. Tapi di setiap comeback, dia selalu nunjukin satu hal: Reece James adalah DNA Chelsea.

Akademi Cobham: Lahir, Besar, dan Dicetak Biru
Lahir di London Barat, Reece masuk akademi Chelsea sejak umur 6 tahun. Di Cobham, dia ngelewatin semua level pengembangan pemain — dari posisi gelandang tengah sampai akhirnya nemu tempatnya sebagai bek kanan modern.
Dia bukan tipe wonderkid yang viral sejak awal. Tapi yang bikin beda adalah etika kerja dan kematangannya. Di setiap level usia, pelatih-pelatih Cobham bilang Reece punya “ketenangan pemain senior, di badan anak muda.” Mentalnya udah stabil sejak awal, dan itu kelihatan banget.
Peminjaman ke Wigan Athletic di musim 2018/19 jadi turning point. Di sana, dia main tiap pekan, dan langsung jadi bintang tim. Gak cuma bertahan, dia juga mencetak gol, bikin assist, bahkan sempat jadi kapten. Wigan yang lagi kelimpungan punya satu andalan: bocah pinjaman dari Chelsea.
Debut dan Naik Daun di Chelsea: Bukan Sekadar Jebolan Akademi
Musim 2019/20, Frank Lampard yang lagi ngasih banyak kesempatan ke pemain muda langsung masukin Reece ke tim utama. Dan dia gak butuh waktu lama buat buktiin kualitas.
Salah satu momen awal paling diingat? Gol debut ke gawang Ajax di Liga Champions, dari posisi 4-1 ke comeback 4-4. Setelah itu, statusnya naik. Perlahan, dia jadi starter reguler. Dan gak sekadar starter — dia jadi salah satu wingback paling lengkap di Inggris.
Gaya Main: Power, Akurasi, dan Kecerdasan Taktikal
Reece James itu bukan bek kanan “lari-lari doang”. Dia punya keseimbangan antara otot dan otak. Dia bisa tackle bersih, jagain sisi kanan sendirian, tapi juga bisa lepas dari tekanan dan kirim bola ke striker kayak quarterback NFL.
Ciri khas Reece James:
- Crossing mematikan — salah satu yang terbaik di Eropa dari sisi kanan
- Shot power brutal, sering bikin gol dari luar kotak
- Passing akurat dan progresif, bisa bangun serangan dari belakang
- Positional awareness tinggi, jarang out of place
- Multi-posisi — bisa main CB kanan, gelandang bertahan, bahkan di kiri
Selain itu, dia punya ketenangan di bawah tekanan yang bikin dia keliatan kayak pemain berpengalaman, padahal usianya masih muda.
Era Thomas Tuchel: Dipoles Jadi Senjata Taktis
Di bawah Tuchel, Reece makin naik level. Formasi tiga bek bikin dia punya kebebasan lebih buat naik, dan hasilnya? Total dominance di sisi kanan. Chelsea sering build-up dari kiri, lalu switch ke kanan buat eksploitasi keunggulan Reece lawan fullback lawan.
Dia juga ditugasin untuk marking pemain top — dari Vinicius Jr sampai Sadio Mané, dan dia sering menang duel. Bahkan saat Chelsea juara Liga Champions 2021, dia main 90 menit penuh di final lawan City dan ngunci Raheem Sterling total.
Cedera: Satu-Satunya Musuh yang Belum Kalah
Kalau ada satu hal yang ngerecokin progres Reece James, itu cedera. Dari musim ke musim, dia selalu kena gangguan otot. Hamstring, lutut, otot paha, semua udah pernah dia lewatin. Dan tiap kali dia lagi dapet form bagus, cedera datang dan ngerem semuanya.
Musim 2022/23 dan 2023/24, dia lebih sering absen dibanding main. Fans frustrasi, pelatih pusing, dan tim kehilangan salah satu senjata utamanya.
Tapi tiap kali balik, Reece selalu bisa kasih impact langsung. Mental comeback-nya kuat. Dia gak butuh 5 laga adaptasi. Dia balik dan langsung bikin perbedaan.
Jadi Kapten Chelsea: Beban Berat Tapi Simbol yang Tepat
Musim 2023/24, Mauricio Pochettino ngumumin Reece James sebagai kapten baru Chelsea, ngelanjutin estafet dari César Azpilicueta. Pilihan ini sempat dipertanyakan karena kondisi fisiknya belum stabil. Tapi secara simbolik, ini keputusan kuat.
Kenapa? Karena Reece James itu Chelsea sejati. Anak akademi, fans sejak kecil, ngerti identitas klub, dan dihormati semua pemain. Meski lebih banyak absen musim itu, kehadirannya di ruang ganti tetap penting. Dan buat fans, dia adalah harapan bahwa Chelsea gak kehilangan arah.
Duet Ideal: Reece di Kanan, Chilwell di Kiri
Chelsea punya potensi fullback gila kalau Reece dan Ben Chilwell fit bareng. Keduanya bisa ngisi sisi kanan-kiri dengan balance yang luar biasa. Reece kasih kekuatan, crossing, dan build-up, sementara Chilwell lebih direct dan agresif masuk kotak.
Masalahnya, keduanya sering cedera bareng. Tapi kalau keduanya fit dan main bareng sepanjang musim, Chelsea bisa punya lini sayap terbaik di liga.
Masa Depan: Kalau Fit, Reece James Masuk Top 3 Dunia
Banyak yang bilang, kalau bukan karena cedera, Reece James udah jadi bek kanan terbaik dunia. Lo bisa bandingin dia sama Trent, Walker, Hakimi — dia punya kombinasi defensif dan ofensif yang paling balance.
Tapi itu “kalau”. Sekarang tugas dia adalah ngalahin lawan yang gak kelihatan: fisiknya sendiri. Klub juga mulai ngatur jam mainnya biar gak terlalu diporsir. Dan fans pun makin sabar, karena semua tahu: kalau Reece fit, Chelsea punya pemimpin sejati di lapangan.
Kesimpulan: Reece James, Anak Akademi yang Udah Jadi Kapten dan Cermin Klub
Reece James bukan cuma pemain bagus. Dia adalah simbol. Bukti bahwa Chelsea masih bisa ngembangin talenta dari dalam. Bek kanan yang bisa crossing kayak playmaker, tackle kayak bek tengah, dan tetap kalem kayak veteran.
Kalau lo fans Chelsea, lo gak cuma dukung performa dia — lo dukung semangatnya, loyalitasnya, dan ceritanya. Dan meski perjalanan dia penuh cedera, satu hal gak pernah berubah: dia selalu balik lebih kuat.